Kāf Hā Yā ‘Ain Ṣād.
Kāf hā yā ‘aīn ṣād.
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,
Żikru raḥmati rabbika ‘abdahū zakariyyā.
(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lirih.
Iż nādā rabbahū nidā'an khafiyyā(n).
Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku.
Qāla rabbi innī wahanal-‘aẓmu minnī wasyta‘alar-ra'su syaibaw wa lam akum bidu‘ā'ika rabbi syaqiyyā(n).
Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.
Wa innī khiftul-mawāliya miw warā'ī wa kānatimra'atī ‘āqiran fahab lī mil ladunka waliyyā(n).
(Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.”
Yariṡunī wa yariṡu min āli ya‘qūba waj‘alhu rabbi raḍiyyā(n).
(Allah berfirman,) “Wahai Zakaria, Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya yang nama itu tidak pernah Kami berikan sebelumnya.”
Yā zakariyyā innā nubasysyiruka bigulāminismuhū yaḥyā, lam naj‘al lahū min qablu samiyyā(n).
Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana (mungkin) aku akan mempunyai anak, sedangkan istriku seorang yang mandul dan sungguh aku sudah mencapai usia yang sangat tua?”
Qāla rabbi annā yakūnu lī gulāmuw wa kānatimra'atī ‘āqiraw wa qad balagtu minal-kibari ‘itiyyā(n).
Dia (Allah) berfirman, ”Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, ”Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”
Qāla każālik(a), qāla rabbuka huwa ‘alayya hayyinuw wa qad khalaqtuka min qablu wa lam taku syai'ā(n).
Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandanya bagimu ialah bahwa engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama (tiga hari) tiga malam, padahal engkau sehat.”
Qāla rabbij‘al lī āyah(tan), qāla āyatuka allā tukalliman-nāsa ṡalāṡa layālin sawiyyā(n).
Lalu, (Zakaria) keluar dari mihrab menuju kaumnya lalu dia memberi isyarat kepada mereka agar bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.
Fa kharaja ‘alā qaumihī minal-miḥrābi fa auḥā ilaihim an sabbiḥū bukrataw wa ‘asyiyyā(n).
(Allah berfirman,) “Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Kami menganugerahkan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.
Yā yaḥyā khużil-kitāba biquwwah(tin), wa ātaināhul-ḥukma ṣabiyyā(n).
(Kami anugerahkan juga kepadanya) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dia pun adalah seorang yang bertakwa.
Wa ḥanānam mil ladunnā wa zakāh(tan), wa kāna taqiyyā(n).
(Dia) orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan dia bukan orang yang sombong lagi durhaka.
Wa barram biwālidaihi wa lam yakun jabbāran ‘aṣiyyā(n).
Kesejahteraan baginya (Yahya) pada hari dia dilahirkan, hari dia wafat, dan hari dia dibangkitkan hidup kembali.
Wa salāmun ‘alaihi yauma wulida wa yauma yamūtu wa yauma yub‘aṡu ḥayyā(n).
Ceritakanlah (Nabi Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis).
Ważkur fil-kitābi maryam(a), iżintabażat min ahlihā makānan syarqiyyā(n).
Dia (Maryam) memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu, Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, kemudian dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.
Fattakhażat min dūnihim ḥijābā(n), fa arsalnā ilaihā rūḥanā fa tamaṡṡala lahā basyaran sawiyyā(n).
Dia (Maryam) berkata (kepadanya), “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih darimu (untuk berbuat jahat kepadaku) jika kamu seorang yang bertakwa.”
Qālat innī a‘ūżu bir-raḥmāni minka in kunta taqiyyā(n).
Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci kepadamu.”
Qāla innamā ana rasūlu rabbik(a), li'ahaba laki gulāman zakiyyā(n).
Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana (mungkin) aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada seorang (laki-laki) pun yang menyentuhku dan aku bukan seorang pelacur?”
Qālat annā yakūnu lī gulāmuw wa lam yamsasnī basyaruw wa lam aku bagiyyā(n).
Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya sebagai tanda (kebesaran-Ku) bagi manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”
Qāla każālik(a), qāla rabbuka huwa ‘alayya hayyin(un), wa linaj‘alahū āyatal lin-nāsi wa raḥmatam minnā, wa kāna amram maqḍiyyā(n).
Maka, dia (Maryam) mengandungnya, lalu mengasingkan diri bersamanya ke tempat yang jauh.
Fa ḥamalathu fantabażat bihī makānan qaṣiyyā(n).
Rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam) berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).”
Fa ajā'ahal-makhāḍu ilā jiz‘in nakhlah(ti), qālat yā laitanī mittu qabla hāżā wa kuntu nas-yam mansiyyā(n).
Dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Fa nādāhā min taḥtihā allā taḥzanī qad ja‘ala rabbuki taḥtaki sariyyā(n).
Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu.
Wa huzzī ilaiki bijiz‘in-nakhlati tusāqiṭ ‘alaiki ruṭaban janiyyā(n).
Makan, minum, dan bersukacitalah engkau. Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’”
Fa kulī wasyrabī wa qarrī ‘ainā(n), fa immā tarayinna minal-basyari aḥadā(n), fa qūlī innī nażartu lir-raḥmāni ṣauman falan ukallimal-yauma insiyyā(n).
Dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam, sungguh, engkau benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.
Fa atat bihī qaumahā taḥmiluh(ū), qālū yā maryamu laqad ji'ti syai'an fariyyā(n).
Wahai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
Yā ukhta hārūna kāna abūkimra'a sau'iw wa mā kānat ummuki bagiyyā(n).
Dia (Maryam) menunjuk kepada (bayi)-nya (agar mereka bertanya kepadanya). Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Fa asyārat ilaīh(i), qālū kaifa nukallimu man kāna fil-mahdi ṣabiyyā(n).
Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi.
Qāla innī ‘abdullāh(i), ātāniyal-kitāba wa ja‘alanī nabiyyā(n).
Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku,
Wa ja‘alanī mubārakan aina mā kunt(u), wa auṣānī biṣ-ṣalāti waz-zakāti mā dumtu ḥayyā(n).
dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka.
Wa barram biwālidatī wa lam yaj‘alnī jabbāran syaqiyyā(n).
Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”
Was-salāmu ‘alayya yauma wulittu wa yauma amūtu wa yauma ub‘aṡu ḥayyā(n).
Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan.
Żālika ‘īsabnu maryam(a), qaulal-ḥaqqil-lażī fīhi yamtarūn(a).
Tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Maha Suci Dia. Apabila hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.
Mā kāna lillāhi ay yattakhiża miw waladin subḥānah(ū), iżā qaḍā amran fa innamā yaqūlu lahū kun fa yakūn(u).
(Isa berkata,) “Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Dia! Ini adalah jalan yang lurus.”
Wa innallāha rabbī wa rabbukum fa‘budūh(u), hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
Golongan-golongan di antara mereka (Yahudi dan Nasrani) berselisih. Celakalah orang-orang yang kufur pada waktu menyaksikan hari yang sangat agung!
Fakhtalafal-aḥzābu mim bainihim, fa wailul lil-lażīna kafarū mim masyhadi yaumin ‘aẓīm(in).
Alangkah tajam pendengaran dan penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami (di akhirat)! Akan tetapi, orang-orang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.
Asmi‘ bihim wa abṣir, yauma ya'tūnanā lākiniẓ-ẓālimūnal-yauma fī ḍalālim mubīn(in).
Berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan ketika segala perkara telah diputus, sedangkan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman.
Wa anżirhum yaumal-ḥasrati iż quḍiyal-amr(u), wa hum fī gaflatiw wa hum lā yu'minūn(a).
Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi beserta semua yang ada di atasnya dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.
Innā naḥnu nariṡul-arḍa wa man ‘alaihā wa ilainā yurja‘ūn(a).
Ceritakanlah (Nabi Muhammad, kisah) Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an)! Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat benar dan membenarkan lagi seorang nabi.
Ważkur fil-kitābi ibrāhīm(a), innahū kāna ṣiddīqan nabiyyā(n).
Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak pula bermanfaat kepadamu sedikit pun?
Iż qāla li'abīhi yā abati lima ta‘budu mā lā yasma‘u wa lā yubṣiru wa lā yugnī ‘anka syai'ā(n).
Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu. Ikutilah aku, niscaya aku tunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Yā abati innī qad jā'anī minal-‘ilmi mā lam ya'tika fattabi‘nī ahdika ṣirāṭan sawiyyā(n).
Wahai Bapakku, janganlah menyembah setan! Sesungguhnya setan itu sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Yā abati lā ta‘budisy-syaiṭān(a), innasy-syaiṭāna kāna lir-raḥmāni ‘aṣiyyā(n).
Wahai Bapakku, sesungguhnya aku takut azab dari (Tuhan) Yang Maha Pemurah menimpamu sehingga engkau menjadi teman setan.”
Yā abati innī akhāfu ay yamassaka ‘ażābum minar-raḥmāni fa takūna lisy-syaiṭāni waliyyā(n).
Dia (bapaknya) berkata, “Apakah kamu membenci tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika tidak berhenti (mencela tuhan yang kusembah), engkau pasti akan kurajam. Tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.”
Qāla arāgibun anta ‘an ālihatī yā ibrāhīm(u), la'illam tantahi la'arjumannaka wahjurnī maliyyā(n).
Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan bagimu. Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia Maha Baik kepadaku.
Qāla salāmun ‘alaik(a), sa'astagfiru laka rabbī, innahū kāna bī ḥafiyyā(n).
Aku akan menjauh darimu dan apa yang engkau sembah selain Allah. Aku akan berdoa kepada Tuhanku semoga aku tidak kecewa dengan doaku kepada Tuhanku.”
Wa a‘tazilukum wa mā tad‘ūna min dūnillāhi wa ad‘ū rabbī, ‘asā allā akūna bidu‘ā'i rabbī syaqiyyā(n).
Maka, ketika dia (Ibrahim) sudah menjauh dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya (seorang anak) Ishaq dan (seorang cucu) Ya‘qub. Masing-masing Kami angkat menjadi nabi.
Falamma‘tazalahum wa mā ya‘budūna min dūnillāh(i), wahabnā lahū isḥāqa wa ya‘qūb(a), wa kullan ja‘alnā nabiyyā(n).
Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi mulia.
Wa wahabnā lahum mir raḥmatinā wa ja‘alnā lahum lisāna ṣidqin ‘aliyyā(n).
Ceritakanlah (Nabi Muhammad, kisah) Musa di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah orang yang terpilih, rasul, dan nabi.
Ważkur fil-kitābi mūsā, innahū kāna mukhlaṣaw wa kāna rasūlan nabiyyā(n).
Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan (Gunung) Tur (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bermunajat (berbicara tanpa perantara).
Wa nādaināhu min jānibiṭ-ṭūril-aimani wa qarrabnāhu najiyyā(n).
Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu (menjadikan) saudaranya, Harun, sebagai nabi.
Wa wahabnā lahū mir raḥmatinā akhāhu hārūna nabiyyā(n).
Ceritakanlah (Nabi Muhammad kisah) Ismail di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah orang yang benar janjinya, rasul, dan nabi.
Ważkur fil-kitābi ismā‘īl(a), innahū kāna ṣādiqal-wa‘di wa kāna rasūlan nabiyyā(n).
Dia selalu menyuruh keluarganya untuk (menegakkan) salat dan (menunaikan) zakat. Dia adalah orang yang diridai oleh Tuhannya.
Wa kāna ya'muru ahlahū biṣ-ṣalāti waz-zakāh(ti), wa kāna ‘inda rabbihī marḍiyyā(n).
Ceritakanlah (Nabi Muhammad kisah) Idris di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah orang yang sangat benar dan membenarkan lagi seorang nabi.
Ważkur fil-kitābi idrīs(a), innahū kāna ṣādiqan nabiyyā(n).
Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Wa rafa‘nāhu makānan ‘aliyyā(n).
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni para nabi keturunan Adam, orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, keturunan Ibrahim dan Israil (Ya‘qub), serta orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis.
Ulā'ikal-lażīna an‘amallāhu ‘alaihim minan-nabiyyīna min żurriyyati ādama wa mimman ḥamalnā ma‘a nūḥ(in), wa min żurriyyati ibrāhīma wa isrā'īl(a), wa mimman hadainā wajtabainā, iżā tutlā ‘alaihim āyātur-raḥmāni kharrū sujjadaw wa bukiyyā(n).
Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat.
Fa khalafa mim ba‘dihim khalfun aḍā‘uṣ-ṣalāta wattaba‘usy-syahawāti fa saufa yalqauna gayyā(n).
Kecuali orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh, mereka akan masuk surga dan tidak dizalimi sedikit pun.
Illā man tāba wa āmana wa ‘amila ṣāliḥan fa ulā'ika yadkhulūnal-jannata wa lā yuẓlamūna syai'ā(n).
(Yaitu,) surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh (Allah) Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) gaib. Sesungguhnya janji-Nya pasti ditepati.
Jannāti ‘adninil-latī wa‘adar-raḥmānu ‘ibādahū bil-gaib(i), innahū kāna wa‘duhū ma'tiyyā(n).
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berguna, kecuali salam (ucapan kebaikan dan kedamaian). Di dalamnya mereka mendapatkan rezeki pada pagi dan petang.
Lā yasma‘ūna fīhā lagwan illā salāmā(n), wa lahum rizquhum fīhā bukrataw wa ‘asyiyyā(n).
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.
Tilkal-jannatul-latī nūriṡu min ‘ibādinā man kāna taqiyyā(n).
Tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, di belakang kita, dan di antara keduanya. Tuhanmu sekali-kali bukan pelupa.
Wa mā natanazzalu illā bi'amri rabbik(a), lahū mā baina aidīnā wa mā khalfanā wa mā baina żālika wa mā kāna rabbuka nasiyyā(n).
(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya. Maka, sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui sesuatu yang sama dengan-Nya?
Rabbus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā fa‘budhu waṣṭabir li‘ibādatih(ī), hal ta‘lamu lahū samiyyā(n).
Orang (kafir) berkata, “Betulkah apabila telah mati kelak, aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan hidup kembali?”
Wa yaqūlul-insānu a'iżā mā mittu lasaufa ukhraju ḥayyā(n).
Apakah manusia tidak menyadari bahwa Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia tidak berwujud sama sekali?
Awalā yażkurul-insānu annā khalaqnāhu min qablu wa lam yaku syai'ā(n).
Maka, demi Tuhanmu (Nabi Muhammad), sungguh, Kami pasti akan mengumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti Kami akan mendatangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan tersungkur.
Fa wa rabbika lanaḥsyurannahum wasy-syayāṭīna ṡumma lanuḥḍirannahum ḥaula jahannama jiṡiyyā(n).
Kemudian, pasti akan Kami tarik dari setiap golongan siapa di antara mereka yang paling durhaka kepada Yang Maha Pengasih.
Ṡumma lananzi‘anna min kulli syī‘atin ayyuhum asyaddu ‘alar-raḥmāni ‘itiyyā(n).
Selanjutnya, Kami sungguh lebih mengetahui orang yang paling layak (dimasukkan) ke dalam neraka.
Ṡumma lanaḥnu a‘lamu bil-lażīna hum aulā bihā ṣiliyyā(n).
Tidak ada seorang pun di antaramu yang tidak melewatinya (sirat di atas neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan.
Wa im minkum illā wāriduhā, kāna ‘alā rabbika ḥatmam maqḍiyyā(n).
Selanjutnya, Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalamnya (neraka) dalam keadaan tersungkur.
Ṡumma nunajjil-lażīnattaqau wa nażaruẓ-ẓālimīna fīhā jiṡiyyā(n).
Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, niscaya orang-orang yang kufur berkata kepada orang-orang yang beriman, “Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik tempat tinggal dan lebih indah tempat pertemuan(-nya)?”
Wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā bayyinātin qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū, ayyul-farīqaini khairum maqāmaw wa aḥsanu nadiyyā(n).
Betapa banyak umat (yang ingkar) yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal mereka lebih bagus perkakas rumah tangganya dan (lebih indah) dipandang mata.
Wa kam ahlaknā qablahum min qarnin hum aḥsanu aṡāṡaw wa ri'yā(n).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang berada dalam kesesatan, biarlah Tuhan Yang Maha Pengasih memperpanjang waktu baginya. Hingga apabila telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik azab maupun Kiamat, mereka akan mengetahui siapa yang lebih buruk kedudukannya dan lebih lemah bala tentaranya.”
Qul man kāna fiḍ-ḍalālati falyamdud lahur-raḥmānu maddā(n), ḥattā iżā ra'au mā yū‘adūna immal-‘ażāba wa immas-sā‘ata fa saya‘lamūna man huwa syarrum makānaw wa aḍ‘afu jundā(n).
Allah akan menambah petunjuk kepada orang-orang yang telah mendapat petunjuk. Amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahala dan kesudahannya di sisi Tuhanmu.
Wa yazīdullāhul-lażīnahtadau hudā(n), wal-bāqiyātuṣ-ṣāliḥātu khairun ‘inda rabbika ṡawābaw wa khairum maraddā(n).
Lalu, apakah engkau melihat orang yang kufur terhadap ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, “(Di akhirat) pasti aku akan diberi harta dan anak.”
Afa ra'aital-lażī kafara bi'āyātinā wa qāla la'ūtayanna mālaw wa waladā(n).
Apakah dia melihat yang gaib ataukah telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih?
Aṭṭala‘al-gaiba amittakhaża ‘indar-raḥmāni ‘ahdā(n).
Sama sekali tidak! Kami akan menulis apa yang dia katakan dan Kami akan memperpanjang azab untuknya secara sempurna.
Kallā, sanaktubu mā yaqūlu wa namuddu lahū minal-‘ażābi maddā(n).
Kami akan mengambil kembali apa yang dia katakan itu (harta dan anak) dan dia datang kepada Kami seorang diri.
Wa nariṡuhū mā yaqūlu wa ya'tīnā fardā(n).
Mereka telah menjadikan selain Allah sebagai tuhan-tuhan agar menjadi pembela mereka.
Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal liyakūnū lahum ‘izzā(n).
Sama sekali tidak! Mereka (tuhan-tuhan itu) akan mengingkari penyembahan mereka (orang-orang kafir) terhadapnya dan menjadi musuh bagi mereka.
Kallā, sayakfurūna bi‘ibādatihim wa yakūnūna ‘alaihim ḍiddā(n).
Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Kami telah mengutus setan-setan kepada orang-orang kafir untuk benar-benar menggoda mereka (berbuat maksiat)?
Alam tara annā arsalnasy-syayāṭīna ‘alal-kāfirīna ta'uzzuhum azzā(n).
Maka, janganlah engkau (Nabi Muhammad) tergesa-gesa (memintakan azab) bagi mereka. Sesungguhnya Kami hanyalah menghitung dengan teliti (datangnya siksaan) untuk mereka.
Falā ta‘jal ‘alaihim, innamā na‘uddu lahum ‘addā(n).
(Ingatlah) suatu hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa (menghadap) kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai rombongan yang terhormat
Yauma naḥsyurul-muttaqīna ilar-raḥmāni wafdā(n).
dan Kami menggiring para pendurhaka ke (neraka) Jahanam dalam keadaan dahaga.
Wa nasūqul-mujrimīna ilā jahannama wirdā(n).
Mereka tidak punya (hak mendapat atau memberi) syafaat (pertolongan), kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih.
Lā yamlikūnasy-syafā‘ata illā manittakhaża ‘indar-raḥmāni ‘ahdā(n).
Mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Pengasih telah mengangkat anak.”
Wa qāluttakhażar-raḥmānu waladā(n).
Sungguh, kamu benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.
Laqad ji'tum syai'an iddā(n).
Karena ucapan itu, hampir saja langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping.
Takādus-samāwātu yatafaṭṭarna minhu wa tansyaqqul-arḍu wa takhirrul-jibālu haddā(n).
(Hal itu terjadi) karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.
An da‘au lir-raḥmāni waladā(n).
Tidak sepantasnya (Allah) Yang Maha Pengasih mengangkat anak.
Wa mā yambagī lir-raḥmāni ay yattakhiża waladā(n).
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.
In kullu man fis-samāwāti wal-arḍi illā ātir-raḥmāni ‘abdā(n).
Sungguh, Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitungnya dengan teliti.
Laqad aḥṣāhum wa ‘addahum ‘addā(n).
Semuanya akan datang kepada Allah pada hari Kiamat sendiri-sendiri.
Wa kulluhum ātīhi yaumal-qiyāmati fardā(n).
Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati) mereka.
Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti sayaj‘alu lahumur-raḥmānu wuddā(n).
Sesungguhnya Kami telah memudahkan (Al-Qur’an) itu dengan bahasamu (Nabi Muhammad) agar dengannya engkau memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa dan memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.
Fa innamā yassarnāhu bilisānika litubasysyira bihil-muttaqīna wa tunżira bihī qaumal luddā(n).
Betapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka. Apakah engkau (Nabi Muhammad) melihat salah seorang dari mereka atau mendengar bisikan mereka?
Wa kam ahlaknā qablahum min qarn(in), hal tuḥissu minhum min aḥadin au tasma‘u lahum rikzā(n).