Telah makin dekat kepada manusia perhitungan (amal) mereka, sedangkan mereka dalam keadaan lengah lagi berpaling (darinya).
Iqtaraba lin-nāsi ḥisābuhum wa hum fī gaflatim mu‘riḍūn(a).
Tidaklah diturunkan kepada mereka peringatan yang baru dari Tuhan, kecuali mereka mendengarkannya sambil bermain-main
Mā ya'tīhim min żikrim mir rabbihim muḥdaṡin illastama‘ūhu wa hum yal‘abūn(a).
(dan) hati mereka dalam keadaan lalai. Mereka, orang-orang yang zalim itu, merahasiakan pembicaraan (dengan saling berbisik), “Bukankah (orang) ini (Nabi Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kamu? Apakah kamu mengikuti sihir itu padahal kamu menyaksikannya?”
Lāhiyatan qulūbuhum, wa asarrun-najwal-lażīna ẓalamū, hal hāżā illā basyarum miṡlukum, afa ta'tūnas-siḥra wa antum tubṣirūn(a).
Dia (Nabi Muhammad) berkata, “Tuhanku mengetahui (semua) perkataan di langit serta di bumi dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Qāla rabbī ya‘lamul-qaula fis-samā'i wal-arḍ(i), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Bahkan, mereka berkata, “(Al-Qur’an itu buah) mimpi-mimpi kosong. Malah, dia (Nabi Muhammad) merekayasanya. Lebih dari itu, dia seorang penyair. Maka, hendaklah dia mendatangkan kepada kami suatu tanda (mukjizat) sebagaimana rasul-rasul yang diutus terdahulu.”
Bal qālū aḍgāṡu aḥlāmim baliftarāhu bal huwa syā‘ir(un), falya'tinā bi'āyatin kamā ursilal-awwalūn(a).
Tidak ada satu pun (penduduk) negeri sebelum mereka yang telah Kami binasakan itu beriman, (padahal telah Kami kirimkan bukti). Apakah mereka (penduduk Makkah) akan beriman (jika Kami kirimkan bukti)?
Mā āmanat qablahum min qaryatin ahlaknāhā, afahum yu'minūn(a).
Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.
Wa mā arsalnā qablaka illā rijālan nūḥī ilaihim fas'alū ahlaż-żikri in kuntum lā ta‘lamūn(a).
Kami tidak menjadikan mereka (para utusan) sebagai jasad yang tidak membutuhkan makanan. Mereka tidak (pula) hidup kekal.
Wa mā ja‘alnāhum jasadal lā ya'kulūnaṭ-ṭa‘āma wa mā kānū khālidīn(a).
Kemudian Kami tepati janji kepada mereka (para utusan). Maka, Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas.
Ṡumma ṣadaqnāhumul-wa‘da fa anjaināhum wa man nasyā'u wa ahlaknal-musrifīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu. Apakah kamu tidak mengerti?
Laqad anzalnā ilaikum kitāban fīhi żikrukum, afalā ta‘qilūn(a).
Betapa banyak (penduduk) negeri yang zalim telah Kami binasakan dan Kami lahirkan generasi yang lain setelah mereka (sebagai penggantinya).
Wa kam qaṣamnā min qaryatin kānat ẓālimataw wa ansya'nā ba‘dahā qauman ākharīn(a).
Maka, ketika mereka menyadari (dekatnya) azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri darinya (negeri itu).
Falammā aḥassū ba'sanā iżā hum minhā yarkuḍūn(a).
Janganlah kamu berlari tergesa-gesa. Kembalilah kamu kepada kesenangan hidupmu dan tempat-tempat kediamanmu (yang baik) agar kamu dapat ditanya.
Lā tarkuḍū warji‘ū ilā mā utriftum fīhi wa masākinikum la‘allakum tus'alūn(a).
Mereka berkata, “Betapa celaka kami! Sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim.”
Qālū yā wailanā innā kunnā ẓālimīn(a).
Kemudian, (kalimat) itu selalu menjadi keluhan mereka hingga mereka Kami jadikan seperti tanaman yang telah dituai dan (seperti api yang) padam.
Famā zālat tilka da‘wāhum ḥattā ja‘alnāhum ḥaṣīdan khāmidīn(a).
Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.
Wa mā khalaqnas-samā'a wal-arḍa wa mā bainahumā lā‘ibīn(a).
Seandainya Kami hendak menjadikan sesuatu sebagai permainan, tentulah Kami akan membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat (demikian).
Lau aradnā an nattakhiża lahwal lattakhażnāhum mil ladunnā, in kunnā fā‘ilīn(a).
Sebaliknya, Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu (yang hak) itu menghancurkannya. Maka, seketika itu ia (yang batil) lenyap. Celakalah kamu karena kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya).
Bal naqżifu bil-ḥaqqi ‘alal-bāṭili fa yadmaguhū fa iżā huwa zāhiq(un), wa lakumul-wailu mimmā taṣifūn(a).
Hanya milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. (Malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.
Wa lahū man fis-samāwāti wal-arḍ(i), wa man ‘indahū lā yastakbirūna ‘an ‘ibādatihī wa lā yastaḥsirūn(a).
Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih pada waktu malam dan siang dengan tidak henti-hentinya.
Yusabbiḥūnal-laila wan-nahāra wa lā yafturūn(a).
Apakah mereka mengambil dari bumi tuhan-tuhan yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)?
Amittakhażū ālihatam minal-arḍi hum yunsyirūn(a).
Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah, Tuhan pemilik ʻArasy, dari apa yang mereka sifatkan.
Lau kāna fīhimā ālihatun illallāhu lafasadatā, fa subḥānallāhi rabbil-‘arsyi ‘ammā yaṣifūn(a).
(Allah) tidak ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.
Lā yus'alu ‘ammā yaf‘alu wa hum yus'alūn(a).
Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kemukakanlah alasan-alasanmu! Ini (ajaran tauhid) adalah sesuatu yang selalu diingatkan kepada orang yang bersamaku dan kepada orang sebelumku.” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak (kebenaran) sehingga mereka berpaling.
Amittakhażū min dūnihī ālihah(tan), qul hātū burhānakum, hāżā żikru mam ma‘iya wa żikru man qablī, bal akṡaruhum lā ya‘lamūnal-ḥaqqa fahum mu‘riḍūn(a).
Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku.
Wa mā arsalnā min qablika mir rasūlin illā nūḥī ilaihi annahū lā ilāha illā ana fa‘budūn(i).
Mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak.” Maha Suci Dia. Sebaliknya, mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
Wa qāluttakhażar-raḥmānu waladan subḥānah(ū), bal ‘ibādum mukramūn(a).
Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.
Lā yasbiqūnahū bil-qauli wa hum bi'amrihī ya‘malūn(a).
Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka (malaikat) dan yang ada di belakang mereka. Mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang Dia ridai dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.
Ya‘lamū mā baina aidīhim wa mā khalfahum wa lā yasyfa‘ūna illā limanirtaḍā wa hum min khasy-yatihī musyfiqūn(a).
Siapa saja di antara mereka (malaikat) yang berkata, “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain-Nya,” maka (dia) itu Kami beri balasan dengan (neraka) Jahanam. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang zalim.
Wa may yaqul minhum innī ilāhun min dūnihī fa żālika najzīhi jahannam(a), każālika najziẓ-ẓālimīn(a).
Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?
Awalam yaral-lażīna kafarū annas-samāwāti wal-arḍa kānatā ratqan fa fataqnāhumā, wa ja‘alnā minal-mā'i kulla syai'in ḥayy(in), afalā yu'minūn(a).
Kami telah menjadikan di bumi gunung-gunung yang kukuh agar (tidak) berguncang bersama mereka dan Kami menjadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk.
Wa ja‘alnā fil-arḍi rawāsiya an tamīda bihim, wa ja‘anā fīhā fijājan subulal la‘allahum yahtadūn(a).
Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, tetapi mereka tetap berpaling dari tanda-tandanya (yang menunjukkan kebesaran Allah, seperti matahari dan bulan).
Wa ja‘alnas-samā'a saqfam maḥfūẓā(n), wa hum ‘an āyātihā mu‘riḍūn(a).
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
Wa huwal-lażī khalaqal-laila wan-nahāra wasy-syamsa wal-qamar(a), kullun fī falakiy yasbaḥūn(a).
Kami tidak menjadikan keabadian bagi seorang manusia pun sebelum engkau (Nabi Muhammad). Maka, jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?
Wa mā ja‘alnā libasyarim min qablikal-khuld(a), afa'im mitta fahumul-khālidūn(a).
Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.
Kullu nafsin żā'iqatul-maut(i), wa nablūkum bisy-syarri wal-khairi fitnah(tan), wa ilainā turja‘ūn(a).
Apabila orang-orang yang kufur itu melihat engkau (Nabi Muhammad), mereka hanya menjadikan engkau bahan ejekan. (Mereka mengatakan,) “Inikah orang yang mencela tuhan-tuhanmu?” Padahal, mereka orang yang ingkar mengingat (Allah) Yang Maha Pengasih.
Wa iżā ra'ākal-lażīna kafarū iy yattakhiżūnaka illā huzuwā(n), ahāżal-lażī yażkuru ālihatakum, wa hum biżikrir-raḥmāni hum kāfirūn(a).
Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan memperlihatkan kepadamu (azab yang menjadi) tanda-tanda (kekuasaan)- Ku. Maka, janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.
Khuliqal-insānu min ‘ajal(in), sa'urīkum āyātī falā tasta‘jilūn(i).
Mereka berkata, “Kapankah janji ini (akan datang), jika kamu orang yang benar?”
Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a).
Seandainya orang-orang yang kufur itu mengetahui saat mereka tidak mampu mengelakkan api neraka dari wajah dan punggung mereka dan saat mereka tidak mendapat pertolongan, (tentulah mereka tidak meminta agar azab itu disegerakan).
Lau ya‘lamul-lażīna kafarū ḥīna lā yakuffūna ‘aw wujūhihimun nāra wa lā ‘an ẓuhūrihim wa lā hum yunṣarūn(a).
Sebenarnya (hari Kiamat) itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, lalu menjadikan mereka panik. Maka, mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula diberi penangguhan (waktu).
Bal ta'tīhim bagtatan fa tabhatuhum falā yastaṭī‘ūna raddahā wa lā hum yunẓarūn(a).
Sungguh, rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) telah diperolok-olokkan, lalu (karena itu) turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka (rasul-rasul) apa (azab) yang selalu mereka perolok-olokkan.
Wa laqadistuhzi'a birusulim min qablika fa ḥāqa bil-lażīna sakhirū minhum mā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Katakanlah, “Siapakah yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari (siksaan) Allah Yang Maha Pengasih?” Bahkan, mereka berpaling dari mengingat Tuhan mereka.
Qul may yakla'ukum bil-laili wan-nahāri minar-raḥmān(i), bal hum ‘an żikrihim mu‘riḍūn(a).
Ataukah mereka mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat memelihara mereka (dari azab Kami)? (Tuhan-tuhan mereka itu) tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) dilindungi dari (azab) Kami.
Am lahum ālihatun tamna‘uhum min dūninā, lā yastaṭī‘ūna naṣra anfusihim wa lā hum minnā yuṣḥabūn(a).
Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjang usia mereka. Maka, tidakkah mereka melihat bahwa Kami mendatangi negeri (yang berada di bawah kekuasaan orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari ujung-ujungnya? Merekakah yang menang?
Bal matta‘nā hā'ulā'i wa ābā'ahum ḥattā ṭāla ‘alaihimul-‘umur(u), afalā yarauna annā na'til-arḍa nanquṣuhā min aṭrāfihā, afahumul-gālibūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memperingatkanmu dengan wahyu.” Akan tetapi, orang-orang tuli (musyrik) tidak mendengarkan seruan bila mereka diberi peringatan.
Qul innamā unżirukum bil-waḥy(i), wa lā yasma‘uṣ-ṣummud-du‘ā'a iżā mā yunżarūn(a).
Jika mereka ditimpa sedikit saja azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata, “Celakalah kami! Sesungguhnya kami adalah orang yang selalu menzalimi (diri sendiri).”
Wa la'im massathum nafḥatum min ‘ażābi rabbika layaqūlunna yā wailanā innā kunnā ẓālimīn(a).
Kami akan meletakkan timbangan (amal) yang tepat pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun dirugikan walaupun sedikit. Sekalipun (amal itu) hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.
Wa naḍa‘ul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati falā tuẓlamu nafsun syai'ā(n), wa in kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa kafā binā ḥāsibīn(a).
Sungguh, Kami telah menganugerahkan kepada Musa dan Harun Al-Furqan (Kitab Taurat), sinar (kehidupan), dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
Wa laqad ātainā mūsā wa hārūnal-furqāna wa ḍiyā'aw wa żikral lil-muttaqīn(a).
(Yaitu) orang-orang yang takut (azab) Tuhannya, sekalipun mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari Kiamat.
Allażīna yakhsyauna rabbahum bil-gaibi wa hum minas-sā‘ati musyfiqūn(a).
Ini (Al-Qur’an) adalah peringatan yang diberkahi yang telah Kami turunkan. Maka, apakah kamu menjadi pengingkar terhadapnya?
Wa hāżā żikrum mubārakun anzalnāh(u), afa antum lahū munkirūn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum (Musa dan Harun) dan Kami telah mengetahui dirinya.
Wa laqad ātainā ibrāhīma rusydahū min qablu wa kunnā bihī ‘ālimīn(a).
(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?”
Iż qāla li'abīhi wa qaumihī mā hāżihit-tamāṡīlul-latī antum lahā ‘ākifūn(a).
Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menjadi para penyembahnya”
Qālū wajadnā ābā'anā lahā ‘ābidīn(a).
Dia (Ibrahim) berkata, “Sungguh, kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Qāla laqad kuntum antum wa ābā'ukum fī ḍalālim mubīn(in).
Mereka berkata, “Apakah engkau datang kepada kami membawa kebenaran atau engkau (hanya) bermain-main?”
Qālū aji'tanā bil-ḥaqqi am anta minal-lā‘ibīn(a).
Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya, Tuhan kamu adalah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya dan aku adalah salah satu saksi atas itu.”
Qāla bar rabbukum rabbus-samāwāti wal-arḍil-lażī faṭarahunn(a), wa ana ‘alā żālikum minasy-syāhidīn(a).
(Nabi Ibrahim berkata dalam hatinya,) “Demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya.”
Wa tallāhi la'akīdanna aṣnāmakum ba‘da an tuwallū mudbirīn(a).
Dia (Ibrahim) lalu menjadikan mereka (berhala-berhala itu) hancur berkeping-keping, kecuali (satu patung) yang terbesar milik mereka agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
Fa ja‘alahum jużāżan illā kabīral lahum la‘allahum ilaihi yarji‘ūn(a).
Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim.”
Qālū man fa‘ala hāżā bi'ālihatinā innahū laminaẓ-ẓālimīn(a).
Mereka (para penyembah berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka (berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama Ibrahim.”
Qālū sami‘nā fatay yażkuruhum yuqālu lahū ibrāhīm(u).
Mereka berkata, “(Kalau demikian,) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak agar mereka menyaksikan(-nya).”
Qālū fa'tū bihī ‘alā a‘yunin-nāsi la‘allahum yasyhadūn(a).
Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?”
Qālū a'anta fa‘alta hāżā bi'ālihatinā yā ibrāhīm(u).
Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar ini yang melakukannya. Tanyakanlah kepada mereka (patung-patung lainnya) jika mereka dapat berbicara.”
Qāla bal fa‘alahū kabīruhum hāżā fas'alūhum in kānū yanṭiqūn(a).
Maka, mereka kembali kepada diri mereka sendiri (mulai sadar) lalu berkata (kepada sesama mereka), “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri).”
Fa raja‘ū ilā anfusihim fa qālū innakum antumuẓ-ẓālimūn(a).
Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.”
Ṡumma nukisū ‘alā ru'ūsihim, laqad ‘alimta mā hā'ulā'i yanṭiqūn(a).
Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah sesuatu selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu?
Qāla afata‘budūna min dūnillāhi mā lā yanfa‘ukum syai'aw wa lā yaḍurrukum.
Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Apakah kamu tidak mengerti?”
Uffil lakum wa limā ta‘budūna min dūnillāh(i), afalā ta‘qilūn(a).
Mereka berkata, “Bakarlah dia (Ibrahim) dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak berbuat.”
Qālū ḥarriqūhu wanṣurū ālihatakum in kuntum fā‘ilīn(a).
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!”
Qulnā yā nāru kūnī bardaw wa salāman ‘alā ibrāhīm(a).
Mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, tetapi Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.
Wa arādū bihī kaidan fa ja‘alnāhumul-akhsarīn(a).
Kami menyelamatkannya (Ibrahim) dan Lut ke tanah (Syam) yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.
Wa najjaināhu wa lūṭan ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā lil-‘ālamīn(a).
Kami juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya‘qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh.
Wa wahabnā lahū isḥāqa wa ya‘qūba nāfilah(tan), wa kullan ja‘alnā ṣāliḥīn(a).
Kami menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami dan Kami mewahyukan kepada mereka (perintah) berbuat kebaikan, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, serta hanya kepada Kami mereka menyembah.
Wa ja‘alnāhum a'immatay yahdūna bi'amrinā wa auḥainā ilaihim fi‘lal-khairāti wa iqāmaṣ-ṣalāti wa ītā'az-zakāh(ti), wa kānū lanā ‘ābidīn(a).
Kepada Lut, Kami menganugerahkan hikmah serta ilmu dan Kami menyelamatkannya dari (azab yang telah menimpa penduduk) negeri (Sodom) yang melakukan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.
Wa lūṭan ātaināhu ḥumkaw wa ‘ilmaw wa najjaināhu minal-qaryatil-latī kānat ta‘malul-khabā'iṡ(a), innahum kānū qauma sau'in fāsiqīn(a).
Kami memasukkannya ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya dia termasuk golongan orang-orang yang saleh.
Wa adkhalnāhu fī raḥmatinā, innahū minaṣ-ṣāliḥīn(a).
(Ingatlah) Nuh ketika dia berdoa sebelum itu. Kami memperkenankan (doa)-nya dan Kami menyelamatkannya bersama pengikutnya dari bencana yang besar.
Wa nūḥan iż nādā min qablu fastajabnā lahū fa najjaināhu wa ahlahū minal-karbil-‘aẓīm(i).
Kami menolongnya dari orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya.
Wa naṣarnāhu minal-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā, innahum kānū qauma sau'in fa agraqnāhum ajma‘īn(a).
(Ingatlah) Daud dan Sulaiman ketika mereka memberikan keputusan mengenai ladang yang dirusak pada malam hari oleh kambing-kambing milik kaumnya. Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu.
Wa dāwūda wa sulaimāna iż yaḥkumāni fil-ḥarṡi iż nafasyat fīhi ganamul-qaum(i), wa kunnā liḥukmihim syāhidīn(a).
Lalu, Kami memberi pemahaman kepada Sulaiman (tentang keputusan yang lebih tepat). Kepada masing-masing (Daud dan Sulaiman) Kami memberi hikmah dan ilmu. Kami menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud. Kamilah yang melakukannya.
Fa fahhamnāhā sulaimān(a), wa kullan ātainā ḥukmaw wa ‘ilmā(n), wa sakhkharnā ma‘a dāwūdal-jibāla yusabbiḥna waṭ-ṭair(a), wa kunnā fā‘ilīn(a).
Kami mengajarkan pula kepada Daud cara membuat baju besi untukmu guna melindungimu dari serangan musuhmu (dalam peperangan). Maka, apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?
Wa ‘allamnāhu ṣan‘ata labūsil lakum lituḥṣinakum mim ba'sikum, fahal antum syākirūn(a).
(Kami menundukkan) pula untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Wa lisulaimānar-rīḥa ‘āṣifatan tajrī bi'amrihī ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā, wa kunnā bikulli syai'in ‘ālimīn(a).
(Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain itu. Kamilah yang memelihara mereka itu.
Wa minasy-syayāṭīna may yagūṣūna lahū wa ya‘malūna ‘amalan dūna żālik(a), wa kunnā lahum ḥāfiẓīn(a).
(Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”
Wa ayyūba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta arḥamur-rāḥimīn(a).
Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami mengembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami melipatgandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami dan pengingat bagi semua yang menyembah (Kami).
Fastajabnā lahū fa kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahū wa miṡlahum ma‘ahum raḥmatam min ‘indinā wa żikrā lil-‘ābidīn(a).
(Ingatlah pula) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang sabar.
Wa ismā‘īla wa idrīsa wa żal-kifl(i), kullum minaṣ-ṣābirīn(a).
Kami memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang saleh.
Wa adkhalnāhum fī raḥmatinā, innahum minaṣ-ṣāliḥīn(a).
(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”
Wa żan-nūni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna allan naqdira ‘alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti allā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn(a).
Kami lalu mengabulkan (doa)-nya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.
Fastajabnā lahū wa najjaināhu minal-gamm(i), wa każālika nunjil-mu'minīn(a).
(Ingatlah) Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah sebaik-baik waris.
Wa zakariyyā iż nādā rabbahū rabbi lā tażarnī fardaw wa anta khairul-wāriṡīn(a).
Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.
Fastajabnā lah(ū), wa wahabnā lahū yaḥyā wa aṣlaḥnā lahū zaujah(ū), innahum kānū yusāri‘ūna fil-khairāti wa yad‘ūnanā ragabaw wa rahabā(n), wa kānū lanā khāsyi‘īn(a).
(Ingatlah pula Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami meniupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)-nya. Kami menjadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Kami) bagi seluruh alam.
Wal-latī aḥṣanat farjahā fa nafakhnā fīhā mir rūḥinā wa ja‘alnāhā wabnahā āyatal lil-‘ālamīn(a).
Sesungguhnya ini (agama tauhid) adalah agamamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu. Maka, sembahlah Aku.
Inna hāżihī ummatukum ummataw wāḥidah(tan), wa ana rabbukum fa‘budūn(i).
Akan tetapi, mereka terpecah-belah dalam urusan (agama) di antara mereka. Masing-masing (golongan itu) akan kembali kepada Kami.
Wa taqaṭṭa‘ū amrahum bainahum, kullun ilainā rāji‘ūn(a).
Siapa yang mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan). Sesungguhnya Kamilah yang mencatat untuknya.
Famay ya‘mal minaṣ-ṣāliḥāti wa huwa mu'minun falā kufrāna lisa‘yih(ī), wa innā lahū kātibūn(a).
Mustahil bagi (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan akan kembali (ke dunia),
Wa ḥarāmun ‘alā qaryatin ahlaknāhā, innahum lā yarji‘ūn(a).
hingga apabila (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dibuka dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
Ḥattā iżā futiḥat ya'jūju wa ma'jūju wa hum min kulli ḥadabiy yansilūn(a).
(Apabila) janji yang benar (yakni hari Kiamat) telah makin dekat, tiba-tiba mata orang-orang yang kufur terbelalak. (Mereka berkata,) “Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang zalim.”
Waqtarabal-wa‘dul-ḥaqqu fa iżā hiya syākhiṣatun abṣārul-lażīna kafarū, yā wailanā qad kunnā fī gaflatim min hāżā bal kunnā ẓālimīn(a).
Sesungguhnya kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar (neraka) Jahanam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
Innakum wa mā ta‘budūna min dūnillāhi ḥaṣabu jahannam(a), antum lahā wāridūn(a).
Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan, tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka). Semuanya akan kekal di dalamnya.
Lau kāna hā'ulā'i ālihatam mā waradūhā, wa kullun fīhā khālidūn(a).
Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar (apa pun).
Lahum fīhā zafīruw wa hum fīhā lā yasma‘ūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik untuk mereka dari Kami, mereka akan dijauhkan (dari neraka).
Innal-lażīna sabaqat lahum minnal-ḥusnā, ulā'ika ‘anhā mub‘adūn(a).
Mereka tidak mendengar bunyi desis (api neraka) dan mereka kekal dalam (menikmati) semua yang mereka inginkan.
Lā yasma‘ūna ḥasīsahā, wa hum fīmasytahat anfusuhum khālidūn(a).
Kejutan yang dahsyat (hari Kiamat) tidak membuat mereka sedih dan para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan), “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.”
Lā yaḥzunuhumul-faza‘ul-akbaru wa tatalaqqāhumul-malā'ikah(tu), hāżā yaumukumul-lażī kuntum tū‘adūn(a).
(Ingatlah) hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya.
Yauma naṭwis-samā'a kaṭayyis-sijilli lil-kutib(i), kamā bada'nā awwala khalqin nu‘īduh(ū), wa‘dan ‘alainā, innā kunnā fā‘ilīn(a).
Sungguh, Kami telah menuliskan di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam aż-Żikr (Lauhulmahfuz) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.
Wa laqad katabnā fiz-zabūri mim ba‘diż-żikri annal-arḍa yariṡuhā ‘ibādiyaṣ-ṣāliḥūn(a).
Sesungguhnya di dalam (Al-Qur’an) ini benar-benar terdapat pesan (yang jelas) bagi kaum penyembah (Allah).
Inna fī hāżā labalāgal liqaumin ‘ābidīn(a).
Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-‘ālamīn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku hanyalah (ketetapan) bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, apakah kamu telah berserah diri (kepada-Nya)?”
Qul innamā yūḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid(un), fahal antum muslimūn(a).
Maka, jika mereka berpaling, katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku telah menyampaikan kepadamu (seluruh ajaran sehingga kita mempunyai pengetahuan) yang sama. Aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.”
Fa in tawallau fa qul āżantukum ‘alā sawā'(in), wa in adrī aqarībun am ba‘īdum mā tū‘adūn(a).
Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan mengetahui (pula) apa yang kamu rahasiakan.
Innahū ya‘lamul-jahra minal-qauli wa ya‘lamu mā taktumūn(a).
Aku tidak mengetahui (bahwa) boleh jadi hal itu (penundaan azab) merupakan cobaan dan kesenangan bagimu sampai waktu yang ditentukan.
Wa in adrī la‘allahū fitnatul lakum wa matā‘un ilā ḥīn(in).
Dia (Nabi Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Tuhan kami adalah Tuhan Yang Maha Pengasih (dan) yang dimintai segala pertolongan atas semua yang kamu katakan.”
Qāla rabbiḥkum bil-ḥaqq(i), wa rabbunar-raḥmānul-musta‘ānu ‘alā mā taṣifūn(a).