Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, (untuk beribadah kepada Allah),
Waṣ-ṣāffāti ṣaffā(n).
demi (rombongan malaikat) yang mencegah (segala sesuatu) dengan sungguh-sungguh,
Faz-zājirāti zajrā(n).
demi (rombongan malaikat) yang membacakan peringatan,
Fat-tāliyāti żikrā(n).
sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa.
Inna ilāhakum lawāḥid(un).
Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbitnya matahari.
Rabbus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā wa rabbul-masyāriq(i).
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia (yang terdekat) dengan hiasan (berupa) bintang-bintang.
Innā zayyannas-samā'ad-dun-yā bizīnatinil-kawākib(i).
(Kami telah menjaganya dengan) penjagaan yang sempurna dari setiap setan yang durhaka.
Wa ḥifẓam min kulli syaiṭānim mārid(in).
Mereka (setan-setan) tidak dapat mendengar (percakapan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru
Lā yassammā‘ūna ilal-mala'il-a‘lā wa yuqżafūna min kulli jānib(in).
untuk mengusir mereka. Bagi mereka azab yang kekal (di akhirat),
Duḥūraw wa lahum ‘ażābuw wāṣib(un).
kecuali (setan) yang menyambar pembicaraan dengan sekali sambar; maka ia dikejar oleh bintang yang menyala.
Illā man khaṭifal-khaṭfata fa'atba‘ahū syihābun ṡāqib(un).
Maka, tanyakanlah kepada mereka (musyrik Makkah), “Apakah mereka (manusia) lebih sulit penciptaannya ataukah selainnya (langit, bumi, dan lainnya) yang telah Kami ciptakan?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan (bapak) mereka (Adam) dari tanah liat.
Fastaftihim ahum asyaddu khalqan am man khalaqnā, innā khalaqnāhum min ṭīnil lāzib(in).
Bahkan, engkau (Nabi Muhammad) menjadi heran (terhadap keingkaran mereka) dan mereka selalu menghinamu.
Bal ‘ajibta wa yaskharūn(a).
Apabila diberi peringatan, mereka tidak mengingat (mengindahkannya).
Wa iżā żukkirū lā yażkurūn(a).
Apabila melihat suatu tanda (kebesaran Allah atau kebenaran Nabi Muhammad), mereka sangat menghina.
Wa iżā ra'au āyatay yastaskhirūn(a).
Mereka berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.
Wa qālū in hāżā illā siḥrum mubīn(un).
Apabila kami telah mati, (lalu) menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan?
A'iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a'innā lamab‘ūṡūn(a).
Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”
Awa ābā'unal-awwalūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya (kamu akan dibangkitkan) dan kamu akan terhina.”
Qul na‘am wa antum dākhirūn(a).
Sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan (tiupan sangkakala kedua). Maka, seketika itu mereka (bangun dari kematiannya) melihat (apa yang terjadi).
Fa'innamā hiya zajratuw wāḥidatun fa'iżā hum yanẓurūn(a).
Mereka berkata, “Alangkah celaka kami! (Kiranya) inilah hari Pembalasan itu.”
Wa qālū yā wailanā hāżā yaumud-dīn(i).
Inilah hari keputusan yang dahulu (selalu) kamu dustakan.
Hāżā yaumul-faṣlil-lażī kuntum bihī tukażżibūn(a).
(Lalu, diperintahkan kepada para malaikat,) “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah
Uḥsyurul-lażīna ẓalamū wa azwājahum wa mā kānū ya‘budūn(a).
selain Allah. Lalu, tunjukkanlah kepada mereka jalan ke (neraka) Jahim.
Min dūnillāhi fahdūhum ilā ṣirāṭil-jaḥīm(i).
Tahanlah mereka (di tempat perhentian). Sesungguhnya mereka akan ditanya (tentang keyakinan dan perilaku mereka).”
Waqifūhum innahum mas'ūlūn(a).
(Mereka lalu dikecam,) “Mengapa kamu tidak tolong-menolong (sebagaimana kamu di dunia)?”
Mā lakum lā tanāṣarūn(a).
Bahkan, mereka pada hari itu menyerah (kepada putusan Allah).
Bal humul-yauma mustaslimūn(a).
Sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya (berbantah-bantahan).
Wa aqbala ba‘ḍuhum ‘alā ba‘ḍiy yatasā'alūn(a).
(Pengikut) mereka berkata (kepada pemimpinnya), “Sesungguhnya kamulah yang dahulu selalu mendatangi kami dari arah kanan (untuk menghalangi kami dari kebajikan).”
Qālū innakum kuntum ta'tūnanā ‘anil-yamīn(i).
(Pemimpin) mereka menjawab, “(Tidak,) bahkan kamulah yang tidak (mau) menjadi orang mukmin.
Qālū bal lam takūnū mu'minīn(a).
(Sebenarnya,) kami sedikit pun tidak berkuasa terhadapmu (untuk menghalang-halangimu), bahkan kamulah kaum yang melampaui batas.
Wa mā kāna lanā ‘alaikum min sulṭān(in), bal kuntum qauman ṭāgīn(a).
Maka, putusan (azab) Tuhan (akan) benar-benar menimpa kita. Pasti kita akan merasakan (azab itu).
Fa ḥaqqa ‘alainā qaulu rabbinā, innā lażā'iqūn(a).
Kami (mengakui) telah menyesatkan kamu. Sesungguhnya kami sendiri orang-orang yang sesat.”
Fa agwainākum innā kunnā gāwīn(a).
Sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama merasakan azab.
Fa innahum yauma'iżin fil-‘ażābi musytarikūn(a).
Sesungguhnya demikianlah Kami memperlakukan orang-orang yang berbuat dosa.
Innā każālika naf‘alu bil-mujrimīn(a).
Sesungguhnya dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Lā ilāha illallāh” (Tidak ada tuhan selain Allah), mereka menyombongkan diri.
Innahum kānū iżā qīla lahum lā ilāha illallāhu yastakbirūn(a).
Mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?”
Wa yaqūlūna a'innā latārikū ālihatinā lisyā‘irim majnūn(in).
Padahal dia (Nabi Muhammad) datang dengan membawa kebenaran dan membenarkan para rasul (sebelumnya).
Bal jā'a bil-ḥaqqi wa ṣaddaqal-mursalīn(a).
Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih.
Innakum lażā'iqul-‘ażābil-alīm(i).
Kamu tidak diberi balasan, kecuali terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
Wa mā tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).
Akan tetapi, hamba-hamba Allah yang terpilih (karena keikhlasannya),
Illā ‘ibādallāhil-mukhlaṣīn(a).
mereka itu memperoleh rezeki yang sudah ditentukan,
Ulā'ika lahum rizqum ma‘lūm(un).
(yaitu) buah-buahan. Mereka adalah orang-orang yang dimuliakan
Fawākihu wa hum mukramūn(a).
di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.
Fī jannātin na‘īm(i).
(Mereka duduk) berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.
‘Alā sururim mutaqābilīn(a).
Kepada mereka diedarkan gelas (yang berisi minuman) dari mata air (surga).
Yuṭāfu ‘alaihim bika'sim mim ma‘īn(in).
(Warnanya) putih bersih dan lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum(-nya).
Baiḍā'a lażżatil lisy-syāribīn(a).
Tidak ada di dalamnya (unsur) yang membahayakan dan mereka tidak mabuk karenanya.
Lā fīhā gauluw wa lā hum ‘anhā yunzafūn(a).
Di sisi mereka ada (bidadari-bidadari) yang bermata indah dan membatasi pandangannya (dari selain pasangan mereka).
Wa ‘indahum qāṣirātuṭ-ṭarfi ‘īn(un).
(Warna kulit) mereka seperti (warna) telur yang tersimpan dengan baik.
Ka'annahum baiḍum maknūn(un).
Mereka berhadap-hadapan satu sama lain sambil bercakap-cakap.
Fa'aqbala ba‘ḍuhum ‘alā ba‘ḍiy yatasā'alūn(a).
Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman
Qāla qā'ilum minhum innī kāna lī qarīn(un).
yang berkata, ‘Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari Kebangkitan)?
Yaqūlu a'innaka laminal-muṣaddiqīn(a).
Apabila kami telah mati (lalu) menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar (akan dibangkitkan untuk) diberi balasan?’”
A'iżā mitnā wa kunnā turāban a'innā lamadīnūn(a).
Dia berkata, “Maukah kamu menengok (temanku itu)?”
Qāla hal antum muṭṭali‘ūn(a).
Maka, dia menengoknya. Lalu, dia melihat (teman)-nya itu di tengah-tengah (neraka) Jahim.
Faṭṭala‘a fa ra'āhu fī sawā'il-jaḥīm(i).
Dia berkata, “Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku.
Qāla tallāhi in kitta laturdīn(i).
Sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).
Wa lau lā ni‘matu rabbī lakuntu minal-muḥḍarīn(a).
Apakah kita tidak akan mati,
Afamā naḥnu bimayyitīn(a).
kecuali kematian kita yang pertama saja (di dunia) dan kita tidak akan diazab (di akhirat ini)?”
Illā mautatunal-ūlā wa mā naḥnu bimu‘ażżabīn(a).
Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang agung.
Inna hāżā lahuwal-fauzul-‘aẓīm(u).
Untuk (kemenangan) seperti ini, hendaklah beramal (di dunia) orang-orang yang mampu beramal.
Limiṡli hāżā falya‘malil-‘āmilūn(a).
Apakah (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqum?
Ażālika khairun nuzulan am syajaratuz-zaqqūm(i).
Sesungguhnya Kami menjadikannya (pohon zaqum itu) sebagai azab bagi orang-orang zalim.
Innā ja‘alnāhā fitnatal liẓ-ẓālimīn(a).
Sesungguhnya itu adalah pohon yang keluar dari dasar (neraka) Jahim.
Innahā syajaratun takhruju fī aṣlil-jaḥīm(i).
Mayangnya seperti kepala-kepala setan.
Ṭal‘uhā ka'annahū ru'ūsusy-syayāṭīn(i).
Sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu) dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqum).
Fa innahum la'ākilūna minhā fa māli'ūna minhal-buṭūn(a).
(Setelah makan buah zaqum,) sesungguhnya bagi mereka minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas.
Ṡumma inna lahum ‘alaihā lasyaubam min ḥamīm(in).
Kemudian, tempat kembali mereka pasti ke (neraka) Jahim.
Ṡumma inna marji‘ahum la'ilal-jaḥīm(i).
Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang mereka dalam keadaan sesat.
Innahum alfau ābā'ahum ḍāllīn(a).
Mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (nenek moyang) mereka.
Fahum ‘alā āṡārihim yuhra‘ūn(a).
Sungguh, sebelum mereka (kaum Quraisy), benar-benar telah sesat sebagian besar dari orang-orang yang dahulu.
Wa laqad ḍalla qablahum akṡarul-awwalīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus (rasul) pemberi peringatan di kalangan mereka.
Wa laqad arsalnā fīhim munżirīn(a).
Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu,
Fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-munżarīn(a).
kecuali hamba-hamba Allah yang terpilih (karena keikhlasannya).
Illā ‘ibādallāhil-mukhlaṣīn(a).
Sungguh, Nuh benar-benar telah berdoa kepada Kami dan sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa.
Wa laqad nādānā nūḥun falani‘mal-mujībūn(a).
Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar.
Wa najjaināhu wa ahlahū minal-karbil-‘aẓīm(i).
Kami menjadikan keturunannya orang-orang yang bertahan (di bumi).
Wa ja‘alnā żurriyyatahū humul-bāqīn(a).
Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian,
Wa taraknā ‘alaihi fil-ākhirīn(a).
“Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di semesta alam.”
Salāmun ‘alā nūḥin fil-‘ālamīn(a).
Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Innā każālika najzil-muḥsinīn(a).
Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin.
Innahū min ‘ibādinal-mu'minīn(a).
Kemudian, Kami menenggelamkan yang lain.
Ṡumma agraqnal-ākharīn(a).
Sesungguhnya Ibrahim termasuk golongannya (Nuh).
Wa inna min syī‘atihī la'ibrāhīm(a).
(Ingatlah) ketika dia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci,
Iż jā'a rabbahū biqalbin salīm(in).
ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Apa yang kamu sembah itu?
Iż qāla li'abīhi wa qaumihī māżā ta‘budūn(a).
Apakah kamu menghendaki kebohongan dengan sesembahan selain Allah?
A'ifkan ālihatan dūnallāhi turīdūn(a).
Maka, bagaimana anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?”
Famā ẓannukum birabbil-‘ālamīn(a).
Lalu, dia (Ibrahim) memandang sekilas ke arah bintang-bintang,
Fa naẓara naẓratan fin-nujūm(i).
kemudian dia berkata, “Sesungguhnya aku sakit.”
Fa qāla innī saqīm(un).
Mereka lalu berpaling darinya seraya meninggalkannya.
Fa tawallau ‘anhu mudbirīn(a).
Kemudian, dia langsung menuju ke berhala-berhala mereka (secara diam-diam), lalu berkata, “Mengapa kamu tidak makan?
Farāga ilā ālihatihim faqāla alā ta'kulūn(a).
Mengapa kamu tidak menjawab?”
Mā lakum lā tanṭiqūn(a).
Dia lalu menghadap ke (berhala-berhala) itu sambil memukul dengan tangan kanan(-nya).
Farāga ‘alaihim ḍarbam bil-yamīn(i).
Kemudian, mereka (kaumnya) datang bergegas kepadanya.
Fa aqbalū ilaihi yaziffūn(a).
Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?
Qāla ata‘budūna mā tanḥitūn(a).
Padahal Allahlah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.”
Wallāhu khalaqakum wa mā ta‘malūn(a).
Mereka berkata, “Buatlah bangunan (perapian) untuk (membakar)-nya, lalu lemparkan dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.”
Qālubnū lahū bun-yānan fa'alqūhu fil-jaḥīm(i).
Mereka bermaksud memperdayainya, (namun Allah menyelamatkannya), lalu Kami menjadikan mereka orang-orang yang hina.
Fa arādū bihī kaidan faja‘alnāhumul-asfalīn(a).
Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku akan pergi (menghadap) kepada Tuhanku. Dia akan memberiku petunjuk.”
Wa qāla innī żāhibun ilā rabbī sayahdīn(i).
100. (Ibrahim berdoa,) “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.”
Rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun.
Fa basysyarnāhu bigulāmin ḥalīm(in).
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Falammā balaga ma‘ahus-sa‘ya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatif‘al mā tu'mar(u), satajidunī in syā'allāhu minaṣ-ṣābirīn(a).
Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah),
Falammā aslamā wa tallahū lil-jabīn(i).
Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim,
Wa nādaināhu ay yā ibrāhīm(u).
sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Qad ṣaddaqtar-ru'yā, innā każālika najzil-muḥsinīn(a).
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Inna hāżā lahuwal-balā'ul-mubīn(u).
Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.
Wa fadaināhu biżibḥin ‘aẓīm(in).
Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian,
Wa taraknā ‘alaihi fil-ākhirīn(a).
“Salam sejahtera atas Ibrahim.”
Salāmun ‘alā ibrāhīm(a).
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Każālika najzil-muḥsinīn(a).
Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin.
Innahū min ‘ibādinal-mu'minīn(a).
Kami telah memberinya kabar gembira tentang (akan dilahirkannya) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh.
Wa basysyarnāhu bi'isḥāqa nabiyyam minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Kami melimpahkan keberkahan kepadanya dan Ishaq. Sebagian keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Wa bāraknā ‘alaihi wa ‘alā isḥāq(a), wa min żurriyyatihimā muḥsinuw wa ẓālimul linafsihī mubīn(un).
Sungguh, Kami benar-benar telah melimpahkan nikmat kepada Musa dan Harun.
Wa laqad manannā ‘alā mūsā wa hārūn(a).
Kami telah menyelamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar.
Wa najjaināhumā wa qaumahumā minal-karbil-‘aẓīm(i).
Kami telah menolong mereka sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.
Wa naṣarnāhum fakānū humul-gālibīn(a).
Kami telah menganugerahkan kepada keduanya Kitab yang sangat jelas (Taurat).
Wa ātaināhumal-kitābal-mustabīn(a).
Kami telah membimbing keduanya ke jalan yang lurus.
Wa hadaināhumaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a).
Kami telah mengabadikan untuk keduanya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian,
Wa taraknā ‘alaihimā fil-ākhirīn(a).
“Salam sejahtera atas Musa dan Harun.”
Salāmun ‘alā mūsā wa hārūn(a).
Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Innā każālika najzil-muḥsinīn(a).
Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin.
Innahumā min ‘ibādinal-mu'minīn(a).
Sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk para rasul.
Wa inna ilyāsa laminal-mursalīn(a).
(Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu tidak bertakwa?
Iż qāla liqaumihī alā tattaqūn(a).
Apakah kamu terus menyeru Ba‘l651) dan meninggalkan sebaik-baik pencipta,
Atad‘ūna ba‘law wa tażarūna aḥsanal-khāliqīn(a).
Allah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yang terdahulu?”
Allāha rabbakum wa rabba ābā'ikumul-awwalīn(a).
Mereka kemudian mendustakannya (Ilyas). Sesungguhnya mereka akan diseret (ke neraka),
Fakażżabūhu fa'innahum lamuḥḍarūn(a).
kecuali hamba-hamba Allah yang terpilih (karena keikhlasannya).
Illā ‘ibādallāhil-mukhlaṣīn(a).
Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian,
Wa taraknā ‘alaihi fil-ākhirīn(a).
“Salam sejahtera atas Ilyas dan kaumnya.”
Salāmun ‘alā ilyāsīn(a).
Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Innā każālika najzil-muḥsinīn(a).
Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang mukmin.
Innahū min ‘ibādinal-mu'minīn(a).
Sesungguhnya Lut benar-benar termasuk para rasul.
Wa inna lūṭal laminal-mursalīn(a).
(Ingatlah) ketika Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya semua,
Iż najjaināhu wa ahlahū ajma‘īn(a).
kecuali seorang perempuan tua (istrinya) yang termasuk golongan (orang-orang kafir) yang tertinggal.
Illā ‘ajūzan fil-gābirīn(a).
Kemudian, Kami binasakan yang lain.
Ṡumma dammarnal-ākharīn(a).
Sesungguhnya kamu (penduduk Makkah) benar-benar akan melintasi (bekas-bekas kehancuran) mereka pada waktu pagi
Wa innakum latamurrūna ‘alaihim muṣbiḥīn(a).
dan waktu malam. Mengapa kamu tidak mengerti?
Wa bil-lail(i), afalā ta‘qilūn(a).
Sesungguhnya Yunus benar-benar termasuk para rasul.
Wa inna yūnusa laminal-mursalīn(a).
(Ingatlah) ketika dia berlari ke kapal yang penuh muatan,
Iż abaqa ilal-fulkil-masyḥūn(i).
kemudian dia ikut diundi, maka dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).
Fa sāhama fakāna minal-mudḥaḍīn(a).
Dia kemudian ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.
Faltaqamahul-ḥūtu wa huwa mulīm(un).
Seandainya dia bukan golongan orang yang banyak bertasbih kepada Allah,
Falau lā annahū kāna minal-musabbiḥīn(a).
niscaya dia akan tetap tinggal di perutnya (ikan) sampai hari Kebangkitan.
Lalabiṡa fī baṭnihī ilā yaumi yub‘aṡūn(a).
Kami kemudian melemparkannya (dari mulut ikan) ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit.
Fa nabażnāhu bil-‘arā'i wa huwa saqīm(un).
Kami kemudian menumbuhkan tanaman sejenis labu untuknya.
Wa ambatnā ‘alaihi syajaratam miy yaqṭīn(in).
Kami mengutusnya kepada seratus ribu (orang) atau lebih,
Wa arsalnāhu ilā mi'ati alfin au yazīdūn(a).
lalu mereka beriman. Maka, Kami menganugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.
Fa'āmanū famatta‘nāhum ilā ḥīn(in).
(Wahai Nabi Muhammad,) tanyalah mereka (orang-orang kafir Makkah), “Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki655)
Fastaftihim alirabbikal-banātu wa lahumul-banūn(a).
atau Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan, sedangkan mereka menyaksikan(-nya)?”
Am khalaqnal-malā'ikata ināṡaw wa hum syāhidūn(a).
Ingatlah, sesungguhnya mereka benar-benar mengatakan dengan kebohongan mereka,
Alā innahum min ifkihim layaqūlūn(a).
“Allah mempunyai anak.” Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
Waladallāh(u), wa innahum lakāżibūn(a).
Apakah Dia (Allah) lebih memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki?
Aṣṭafal-banāti ‘alal-banīn(a).
Apa yang telah terjadi pada kamu? Bagaimana kamu menetapkan(-nya)?
Mā lakum, kaifa taḥkumūn(a).
Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Afalā tażakkarūn(a).
Ataukah kamu mempunyai bukti yang jelas?
Am lakum sulṭānum mubīn(un).
(Kalau begitu,) bawalah kitabmu jika kamu orang-orang yang benar.
Fa'tū bikitābikum in kuntum ṣādiqīn(a).
Mereka menjadikan (hubungan) nasab antara Dia dan jin. Sungguh, jin benar-benar telah mengetahui bahwa mereka (kaum musyrik) pasti akan diseret (ke neraka),
Wa ja‘alū bainahū wa bainal-jinnati nasabā(n), wa laqad ‘alimatil-jinnatu innahum lamuḥḍarūn(a).
Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,
Subḥānallāhi ‘ammā yaṣifūn(a).
kecuali hamba-hamba Allah yang terpilih (karena keikhlasannya).
Illā ‘ibādallāhil-mukhlaṣīn(a).
Maka, sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah itu
Fa'innakum wa mā ta‘budūn(a).
tidak akan dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah,
Mā antum ‘alaihi bifātinīn(a).
kecuali orang yang akan masuk ke (neraka) Jahim.
Illā man huwa ṣālil-jaḥīm(i).
(Malaikat berkata,) “Tidak satu pun di antara kami, kecuali masing-masing mempunyai kedudukan tertentu.
Wa mā minnā illā lahū maqāmum ma‘lūm(un).
Sesungguhnya kamilah yang selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah).
Wa innā lanaḥnuṣ-ṣāffūn(a).
Sesungguhnya kamilah yang benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).”
Wa innā lanaḥnul-musabbiḥūn(a).
Sesungguhnya mereka (orang kafir Makkah) benar-benar berkata,
Wa in kānū layaqūlūn(a).
“Seandainya di sisi kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang terdahulu,
Lau anna ‘indanā żikram minal-awwalīn(a).
niscaya kami akan menjadi hamba-hamba Allah yang terpilih.
Lakunnā ‘ibādallāhil-mukhlaṣīn(a).
Akan tetapi, ternyata mereka mengingkarinya (Al-Qur’an). Maka, kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu).
Fa kafarū bih(ī), fasaufa ya‘lamūn(a).
Sungguh, janji Kami benar-benar telah tetap bagi hamba-hamba Kami yang menjadi rasul.
Wa laqad sabaqat kalimatunā li‘ibādinal-mursalīn(a).
Sesungguhnya merekalah yang pasti akan mendapat pertolongan,
Innahum lahumul-manṣūrūn(a).
dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang.
Wa inna jundanā lahumul-gālibūn(a).
Maka, berpalinglah engkau (Nabi Muhammad) dari mereka sampai waktu tertentu!
Fatawalla ‘anhum ḥattā ḥīn(in).
Lihatlah mereka! Maka, kelak mereka akan melihat (azab itu).
Wa abṣirhum, fa saufa yubṣirūn(a).
Maka, apakah mereka meminta agar azab Kami disegerakan?
Afabi‘ażābinā yasta‘jilūn(a).
Apabila turun (siksaan itu) di halaman mereka, sangat buruklah pagi hari bagi orang-orang yang diperingatkan itu.
Fa iżā nazala bisāḥatihim fa sā'a ṣabāḥul-munżarīn(a).
Berpalinglah engkau (Nabi Muhammad) dari mereka sampai waktu tertentu.
Wa tawalla ‘anhum ḥattā ḥīn(in).
Lihatlah (mereka)! Maka, kelak mereka akan melihat (azab itu).
Wa abṣir, fasaufa yubṣirūn(a).
Maha Suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan.
Subḥāna rabbika rabbil-‘izzati ‘ammā yaṣifūn(a).
Selamat sejahtera bagi para rasul.
Wa salāmun ‘alal-mursalīn(a).
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Wal-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).