Ḥā Mīm.
Ḥā mīm.
Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas,
Wal-kitābil-mubīn(i).
sesungguhnya Kami menjadikannya sebagai Al-Qur’an yang berbahasa Arab agar kamu mengerti
Innā ja‘alnāhu qur'ānan ‘arabiyyal la‘allakum ta‘qilūn(a).
dan sesungguhnya (Al-Qur’an) itu berada di dalam Ummul Kitāb (Lauhulmahfuz) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi, dan penuh hikmah.
Wa innahū fī ummil-kitābi ladainā la‘aliyyun ḥakīm(un).
Apakah Kami akan menahan (turunnya) Al-Qur’an dan mengabaikanmu (hanya) karena kamu kaum yang melampaui batas?
Afa naḍribu ‘ankumuż-żikra ṣafḥan an kuntum qaumam musrifīn(a).
Betapa banyak nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.
Wa kam arsalnā min nabiyyin fil-awwalīn(a).
Setiap kali seorang nabi datang kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
Wa mā ya'tīhim min nabiyyin illā kānū bihī yastahzi'ūn(a).
Oleh karena itu, Kami membinasakan orang-orang yang lebih kuat dari mereka (kaum musyrik Quraisy) dan telah berlalu contoh (kehancuran) umat-umat terdahulu.
Fa ahlaknā asyadda minhum baṭsyaw wa maḍā maṡalul-awwalīn(a).
Jika kamu menanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,” pastilah mereka akan menjawab, “Yang menciptakannya adalah Zat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Wa la'in sa'altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa layaqūlunna khalaqahunnal-‘azīzul-‘alīm(u).
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap bagimu dan menjadikan jalan-jalan di atasnya untukmu agar kamu mendapat petunjuk.
Allażī ja‘ala lakumul-arḍa mahdaw wa ja‘ala lakum fīhā subulal la‘allakum tahtadūn(a).
Yang menurunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu dengan air itu Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
Wal-lażī nazzala minas-samā'i mā'am biqadar(in), fa'ansyarnā bihī baldatam maitā(n), każālika tukhrajūn(a).
(Dialah) yang menciptakan semua makhluk berpasang-pasangan dan menjadikan kapal laut untukmu serta hewan ternak untuk kamu tunggangi
Wal-lażī khalaqal-azwāja kullahā wa ja‘ala lakum minal-fulki wal-an‘āmi mā tarkabūn(a).
agar kamu dapat duduk di atas punggungnya. Kemudian jika kamu sudah duduk (di atas punggung)-nya, kamu akan mengingat nikmat Tuhanmu dan mengucapkan, “Maha Suci Zat yang telah menundukkan (semua) ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.
Litastawū ‘alā ẓuhūrihī ṡumma tażkurū ni‘mata rabbikum iżastawaitum ‘alaihi wa taqūlū subḥānal-lażī sakhkhara lanā hāżā wa mā kunnā lahū muqrinīn(a).
Sesungguhnya kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami.”
Wa innā ilā rabbinā lamunqalibūn(a).
Mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata.
Wa ja‘alū lahū min ‘ibādihī juz'ā(n), innal-insāna lakafūrum mubīn(un).
Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari sebagian yang telah Dia ciptakan dan memilihkan anak laki-laki untukmu?
Amittakhażū mimmā yakhluqu banātiw wa aṣfākum bil-banīn(a).
Apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira tentang sesuatu (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya merah padam karena menahan sedih (dan marah).
Wa iżā busysyira aḥaduhum bimā ḍaraba lir-raḥmāni maṡalan ẓalla wajhuhū muswaddaw wa huwa kaẓīm(un).
Apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang tumbuh dan berkembang (dengan tabiat) selalu berhias diri, sedangkan dia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.
Awamay yunasysya'u fil-ḥilyati wa huwa fil-khiṣāmi gairu mubīn(in).
Mereka menganggap para malaikat, hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu, berjenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaannya? Kelak kesaksian (yang mereka karang sendiri itu) akan dituliskan dan akan dimintakan pertanggungjawaban.
Wa ja‘alul-malā'ikatal-lażīna hum ‘ibādur raḥmāni ināṡā(n), asyahidū khalqahum, satuktabu syahādatuhum wa yus'alūn(a).
Mereka berkata, “Sekiranya (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu. Mereka hanyalah menduga-duga belaka.
Wa qālū lau syā'ar-raḥmānu mā ‘abadnāhum, mā lahum biżālika min ‘ilm(in), in hum illā yakhruṣūn(a).
Apakah kami pernah memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelumnya (Al-Qur’an), lalu mereka berpegang teguh (pada kitab itu)?
Am ātaināhum kitābam min qablihī fahum bihī mustamsikūn(a).
Bahkan, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama dan kami hanya mengikuti jejak mereka.”
Bal qālū innā wajadnā ābā'anā ‘alā ummatiw wa innā ‘alā āṡārihim muhtadūn(a).
Demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Nabi Muhammad) ke suatu negeri. Orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan kami hanya mencontoh jejak mereka.”
Wa każālika mā arsalnā min qablika fī qaryatim min nażīr(in), illā qāla mutrafūhā, innā wajadnā ābā'anā ‘alā ummatiw wa innā ‘alā āṡārihim muqtadūn(a).
Dia (pemberi peringatan) berkata, “Masihkah kamu (mengikuti jejak nenek moyangmu), sekalipun aku membawa (agama) yang lebih baik panduannya daripada apa yang kamu peroleh dari nenek moyangmu itu?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami (tetap) mengingkari kerasulanmu.”
Qāla awalau ji'tukum bi'ahdā mimmā wajattum ‘alaihi ābā'akum, qālū innā bimā ursiltum bihī kāfirūn(a).
Lalu kami membinasakan mereka. Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (kebenaran).
Fantaqamnā minhum fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-mukażżibīn(a).
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah,
Wa iż qāla ibrāhīmu li'abīhi wa qaumihī innanī barā'um mimmā ta‘budūn(a).
kecuali (kamu menyembah) Allah yang menciptakanku. Sesungguhnya Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Illāl-lażī faṭaranī fa'innahū sayahdīn(i).
Dia (Ibrahim) menjadikannya (kalimat tauhid) perkataan yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepadanya).
Wa ja‘alahā kalimatam bāqiyatan fī ‘aqibihī la‘allahum yarji‘ūn(a).
Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan nenek moyang mereka sampai kebenaran (Al-Qur’an) datang kepada mereka beserta seorang Rasul yang memberi penjelasan.
Bal matta‘tu hā'ulā'i wa ābā'ahum ḥattā jā'ahumul-ḥaqqu wa rasūlum mubīn(un).
Ketika kebenaran (Al-Qur’an) itu datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami mengingkarinya.”
Wa lammā jā'ahumul-ḥaqqu qālū hāżā siḥruw wa innā bihī kāfirūn(a).
Mereka (juga) berkata, “Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada (salah satu) pembesar dari dua negeri ini (Makkah dan Taif)?”
Wa qālū lau lā nuzzila hāżal-qur'ānu ‘alā rajulim minal-qaryataini ‘aẓīm(in).
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Ahum yaqsimūna raḥmata rabbik(a), naḥnu qasamnā bainahum ma‘īsyatahum fil-ḥayātid-dun-yā, wa rafa‘nā ba‘ḍahum fauqa ba‘ḍin darajātil liyattakhiża ba‘ḍuhum ba‘ḍan sukhriyyā(n), wa raḥmatu rabbika khairum mimmā yajma‘ūn(a).
Seandainya bukan karena (Kami tidak menghendaki) manusia menjadi satu umat (yang kufur), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang ingkar kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dan tangga-tangga yang mereka naiki dari perak.
Wa lau lā ay yakūnan-nāsu ummataw wāḥidatal laja‘alnā limay yakfuru bir-raḥmāni libuyūtihim suqufam min fiḍḍatiw wa ma‘ārija ‘alaihā yaẓharūn(a).
Bagi rumah-rumah mereka (Kami buatkan) pintu-pintu (perak) dan dipan-dipan tempat mereka bersandar.
Wa libuyūtihim abwābaw wa sururan ‘alaihā yattaki'ūn(a).
(Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan hidup dunia, sedangkan (kenikmatan hidup) akhirat di sisi Tuhanmu (dikhususkan) bagi orang-orang bertakwa.
Wa zukhrufā(n), wa in kullu żālika lammā matā‘ul-ḥayātid-dun-yā, wal-ākhiratu ‘inda rabbika lil-muttaqīn(a).
Siapa yang berpaling dari pengajaran (Allah) Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya). Maka, ia (setan) selalu menemaninya.
Wa may ya‘syu ‘an żikrir-raḥmāni nuqayyiḍ lahū syaiṭānan fahuwa lahū qarīn(un).
Sesungguhnya mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalangi mereka (manusia) dari jalan (yang benar), sedangkan mereka (manusia yang sesat itu) mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Wa innahum layaṣuddūnahum ‘anis-sabīli wa yaḥsabūna annahum muhtadūn(a).
Sehingga, apabila dia (orang yang berpaling itu) datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Aduhai, sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling buruk (bagi manusia).”
Ḥattā iżā jā'anā qāla yā laita bainī wa bainaka bu‘dal-masyriqaini fa bi'sal-qarīn(u).
(Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu (orang yang berpaling dan setan) adalah bersekutu dalam azab itu.
Wa lay yanfa‘akumul-yauma iẓ ẓalamtum annakum fil-‘ażābi musytarikūn(a).
Maka, apakah engkau (Nabi Muhammad) dapat menjadikan orang-orang yang tuli bisa mendengar (kebenaran) atau (dapatkah) engkau memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?
Afa anta tusmi‘uṣ-ṣumma au tahdil-‘umya wa man kāna fī ḍalālim mubīn(in).
Maka, sungguh jika Kami benar-benar mewafatkanmu (sebelum engkau mencapai kemenangan), sesungguhnya kepada mereka Kami akan (tetap) memberikan balasan.
Fa immā nażhabanna bika fa innā minhum muntaqimūn(a).
Atau, benar-benar Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Sesungguhnya Kami Maha Berkuasa atas mereka.
Au nuriyannakal-lażī wa‘adnāhum fa'innā ‘alaihim muqtadirūn(a).
Maka, berpegang teguhlah pada (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya engkau berada di jalan yang lurus.
Fastamsik bil-lażī ūḥiya ilaik(a), innaka ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) benar-benar merupakan kemuliaan bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Wa innahū lażikrul laka wa liqaumik(a), wa saufa tus'alūn(a).
Tanyakanlah (Nabi Muhammad) kepada (pengikut) rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menjadikan selain (Allah) yang Maha Pengasih sebagai tuhan-tuhan yang disembah?”
Was'al man arsalnā min qablika mir rusulinā, aja‘alnā min dūnir-raḥmāni ālihatay yu‘badūn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami kepada Fir‘aun dan para pemuka (kaum)-nya. Dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.”
Wa laqad arsalnā mūsā bi'āyātinā ilā fir‘auna wa mala'ihī fa qāla innī rasūlu rabbil-‘ālamīn(a).
Ketika dia (Musa) datang kepada mereka dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami, seketika itu mereka mentertawakannya.
Falammā jā'ahum bi'āyātinā iżā hum minhā yaḍḥakūn(a).
Tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali ia (mukjizat itu) lebih besar daripada mukjizat (sebelumnya) dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Wa mā nurīhim min āyatin illā hiya akbaru min ukhtihā, wa akhażnāhum bil-‘ażābi la‘allahum yarji‘ūn(a).
Mereka berkata, “Wahai penyihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Wa qālū yā ayyuhas-sāḥirud‘u lanā rabbaka bimā ‘ahida ‘indak(a), innanā lamuhtadūn(a).
Maka, ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.
Falammā kasyafnā ‘anhumul-‘ażāba iżā hum yankuṡūn(a).
Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku, bukankah Kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai itu mengalir di bawah (istana-istana)-ku. Apakah kamu tidak melihat?
Wa nādā fir‘aunu fī qaumihī qāla yā qaumi alaisa lī mulku miṣra wa hāżihil-anhāru tajrī min taḥtī, afalā tubṣirūn(a).
Bahkan, bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini (Musa) yang hampir-hampir tidak dapat menjelaskan (maksud perkataannya)?
Am ana khairum min hāżal-lażī huwa mahīn(un), wa lā yakādu yubīn(u).
Maka, mengapa tidak dipakaikan kepadanya (Musa) gelang dari emas atau malaikat datang bersama dia mengiringinya?”
Falau lā ulqiya ‘alaihi aswiratum min żahabin au jā'a ma‘ahul-malā'ikatu muqtarinīn(a).
Maka, dia (Fir‘aun) telah memengaruhi kaumnya sehingga mereka patuh kepadanya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.
Fastakhaffa qaumahū fa aṭā‘ūh(u), innahum kānū qauman fāsiqīn(a).
Maka, ketika mereka telah membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut).
Falammā āsafūnantaqamnā minhum fa agraqnāhum ajma‘īn(a).
Maka, Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.
Fa ja‘alnāhum salafaw wa maṡalal lil-ākhirīn(a).
Ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (suku Quraisy) bersorak karenanya.
Wa lammā ḍuribabnu maryama maṡalan iżā qaumuka minhu yaṣiddūn(a).
Mereka berkata, “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu, kecuali dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Wa qālū a'ālihatunā khairun am huw(a), mā ḍarabūhu laka illā jadalā(n), bal hum qaumun khaṣimūn(a).
Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami anugerahkan nikmat (kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai pelajaran (tanda kekuasaan Kami) bagi Bani Israil.
In huwa illā ‘abdun an‘amnā ‘alaihi wa ja‘alnāhu maṡalal libanī isrā'īl(a).
Seandainya Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan malaikat sebagai penggantimu di bumi secara turun-temurun.
Wa lau nasyā'u laja‘alnā minkum malā'ikatan fil-arḍi yakhlufūn(a).
Sesungguhnya dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu ragu tentang (kiamat) itu dan ikutilah (petunjuk)-Ku. Ini adalah jalan yang lurus.
Wa innahū la‘ilmul lis-sā‘ati falā tamtarunna bihā wattabi‘ūn(i), hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
Janganlah sekali-kali kamu dipalingkan oleh setan. Sesungguhnya ia merupakan musuh yang nyata bagimu.
Wa lā yaṣuddannakumusy-syaiṭān(u), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).
Ketika Isa datang membawa bukti-bukti yang nyata, dia berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk aku jelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatilah aku.
Wa lammā jā'a ‘īsā bil-bayyināti qāla qad ji'tukum bil-ḥikmati wa li'ubayyina lakum ba‘ḍal-lażī takhtalifūna fīh(i), fattaqullāha wa aṭī‘ūn(i).
Sesungguhnya Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Dia! Ini adalah jalan yang lurus.”
Innallāha huwa rabbī wa rabbukum fa‘budūh(u), hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
Golongan-golongan di antara mereka (Yahudi dan Nasrani) berselisih. Celakalah orang-orang yang zalim (karena) azab pada hari yang sangat pedih (kiamat).
Fakhtalafal-aḥzābu mim bainihim, fawailul lil-lażīna ẓalamūmin ‘ażābi yaumin alīm(in).
Tidaklah mereka (orang-orang kafir) menunggu, kecuali hari Kiamat yang datang kepada mereka secara tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari(-nya).
Hal yanẓurūna illas-sā‘ata an ta'tiyahum bagtataw wa hum lā yasy‘urūn(a).
Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.
Al-akhillā'u yauma'iżim ba‘ḍuhum liba‘ḍin ‘aduwwun illal-muttaqīn(a).
(Dikatakan kepada mereka,) “Wahai hamba-hamba-Ku, tidak ada ketakutan bagimu pada hari ini (kiamat) dan tidak pula kamu bersedih.
Yā ‘ibādi lā khaufun ‘alaikumul-yauma wa lā antum taḥzanūn(a).
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang muslim.
Allażīna āmanū bi'āyātinā wa kānū muslimīn(a).
Masuklah ke dalam surga, kamu dan pasanganmu (dalam keadaan) dibahagiakan.”
Udkhulul-jannata antum wa azwājukum tuḥbarūn(a).
Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas dan di dalamnya (surga) terdapat apa yang diingini oleh hati dan dipandang sedap oleh mata serta kamu kekal di dalamnya.
Yuṭāfu ‘alaihim biṣiḥāfim min żahabiw wa akwāb(in), wa fīhā mā tasytahīhil-anfusu wa talażżul-a‘yun(u), wa antum fīhā khālidūn(a).
Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan apa yang selama ini kamu kerjakan.
Wa tilkal-jannatul-latī ūriṡtumūhā bimā kuntum ta‘malūn(a).
Untukmu di dalamnya (surga) buah-buahan yang banyak yang sebagiannya kamu makan.
Lakum fīhā fākihatun kaṡīratum minhā ta'kulūn(a).
Sesungguhnya para pendurhaka itu kekal di dalam azab (neraka) Jahanam.
Innal-mujrimīna fī ‘ażābi jahannama khālidūn(a).
Tidak diringankan (azab itu) dari mereka dan mereka berputus asa di dalamnya.
Lā yufattaru ‘anhum wa hum fīhi mublisūn(a).
Tidaklah Kami menzalimi mereka, tetapi mereka adalah orang-orang zalim (terhadap dirinya).
Wa mā ẓalamnāhum wa lākin kānū humuẓ-ẓālimīn(a).
Mereka menyeru, “Wahai (Malaikat) Malik, hendaklah Tuhanmu mematikan kami saja.” Dia menjawab, “Sesungguhnya kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”
Wa nādau yā māliku liyaqḍi ‘alainā rabbuk(a), qāla innakum mākiṡūn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah datang kepada kamu dengan (membawa) kebenaran, tetapi kebanyakan kamu benci kepada kebenaran itu.
Laqad ji'nākum bil-ḥaqqi wa lākinna akṡarakum lil-ḥaqqi kārihūn(a).
Bahkan, bukankah mereka telah merencanakan suatu tipu daya (jahat)? Sesungguhnya Kami telah berencana (mengatasi tipu daya mereka).
Am abramū amran fa innā mubrimūn(a).
Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar) dan utusan-utusan Kami (malaikat) mencatat di sisi mereka.
Am yaḥsabūna annā lā nasma‘u sirrahum wa najwāhum, balā wa rusulunā ladaihim yaktubūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, akulah orang pertama yang menyembah (anak itu).
Qul in kāna lir-raḥmāni walad(un), fa ana awwalul-‘ābidīn(a).
Maha Suci Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan pemilik ʻArasy, dari apa yang mereka sifatkan.”
Subḥāna rabbis-samāwāti wal-arḍi rabbil-‘arsyi ‘ammā yaṣifūn(a).
Maka, biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main (di dunia) sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.
Fa żarhum yakhūḍū wa yal‘abū ḥattā yulāqū yaumahumul-lażī yū‘adūn(a).
Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi. Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Wa huwal-lażī fis-samā'i ilāhuw wa fil-arḍi ilāh(un), wa huwal-ḥakīmul-‘alīm(u).
Maha Berkah (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Wa tabārakal-lażī lahū mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, wa ‘indahū ‘ilmus-sā‘ah(ti), wa ilaihi turja‘ūn(a).
Sembahan-sembahan mereka selain Dia tidak bisa memberi syafaat (pertolongan di akhirat), kecuali orang yang bersaksi dengan yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya.
Wa lā yamlikul-lażīna yad‘ūna min dūnihisy-syafā‘ata illā man syahida bil-ḥaqqi wa hum ya‘lamūn(a).
Jika engkau bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah.” Maka, mengapa mereka bisa dipalingkan?
Wa la'in sa'altahum man khalaqahum layaqūlunnallāhu fa annā yu'fakūn(a).
Demi (kebenaran) ucapannya (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.”
Wa qīlihī yā rabbi inna hā'ulā'i qaumul lā yu'minūn(a).
Maka, berpalinglah dari mereka dan katakanlah, “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasibnya yang buruk).
Faṣfaḥ ‘anhum wa qul salām(un), fa saufa ya‘lamūn(a).