Demi (angin) yang menerbangkan debu,
Waż-żāriyāti żarwā(n).
demi (awan) yang mengandung muatan (hujan),
Fal-ḥāmilāti wiqrā(n).
demi (kapal-kapal) yang melaju (di atas air) dengan mudah,
Fal-jāriyāti yusrā(n).
dan demi (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi segala urusan,
Fal-muqassimāti amrā(n).
sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar
Innamā tū‘adūna laṣādiq(un).
dan sesungguhnya pembalasan pasti terjadi.
Wa innad-dīna lawāqi‘(un).
Demi langit yang mempunyai jalan-jalan yang kukuh,
Was-samā'i żātil-ḥubuk(i).
sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berselisih.
Innakum lafī qaulim mukhtalif(in).
Telah dijauhkan darinya (Al-Qur’an dan Rasul) orang yang dipalingkan.
Yu'faku ‘anhu man ufik(a).
Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta,
Qutilal-kharrāṣūn(a).
(yaitu) orang-orang yang terbenam (dalam kebodohan) lagi lalai (dari urusan akhirat)!
Allażīna hum fī gamratin sāhūn(a).
Mereka bertanya, “Kapankah hari Pembalasan itu?”
Yas'alūna ayyāna yaumud-dīn(i).
(Hari Pembalasan terjadi) pada hari (ketika) mereka diazab dalam api neraka.
Yauma hum ‘alan-nāri yuftanūn(a).
(Dikatakan kepada mereka,) “Rasakanlah azabmu! Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.”
Żūqū fitnatakum, hāżal-lażī kuntum bihī tasta‘jilūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam (surga yang penuh) taman-taman dan mata air.
Innal-muttaqīna fī jannātiw wa ‘uyūn(in).
(Di surga) mereka dapat mengambil apa saja yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ākhiżīna mā ātāhum rabbuhum, innahum kānū qabla żālika muḥsinīn(a).
Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam;
Kānū qalīlam minal-laili mā yahja‘ūn(a).
dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).
Wa bil-asḥāri hum yastagfirūn(a).
Pada harta benda mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta.
Wa fī amwālihim ḥaqqul lis-sā'ili wal-maḥrūm(i).
Di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin.
Wa fil-arḍi āyātul lil-mūqinīn(a).
(Begitu juga ada tanda-tanda kebesaran-Nya) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?
Wa fī anfusikum, afalā tubṣirūn(a).
Di langit terdapat pula (hujan yang menjadi sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.
Wa fis-samā'i rizqukum wa mā tū‘adūn(a).
Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya (apa yang dijanjikan kepadamu itu) pasti akan nyata seperti (halnya) kamu berucap.
Fa wa rabbis-samā'i wal-arḍi innahū laḥaqqum miṡla mā annakum tanṭiqūn(a).
Sudahkah sampai kepadamu (Nabi Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?
Hal atāka ḥadīṡu ḍaifi ibrāhīmal-mukramīn(a).
(Cerita itu bermula) ketika mereka masuk (bertamu) kepadanya, lalu mengucapkan, “Salam.” Ibrahim menjawab, “Salam.” (Mereka) adalah orang-orang yang belum dikenal.
Iż dakhalū ‘alaihi fa qālū salāmā(n), qāla salām(un), qaumum munkarūn(a).
Kemudian, dia (Ibrahim) pergi diam-diam menemui keluarganya, lalu datang (kembali) membawa (daging) anak sapi gemuk (yang dibakar).
Farāga ilā ahlihī fa jā'a bi‘ijlin samīn(in).
Dia lalu menghidangkannya kepada mereka, (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata, “Mengapa kamu tidak makan?”
Fa qarrabahū ilaihim, qāla alā ta'kulūn(a).
Dia (Ibrahim) menyimpan rasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut!” Mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (akan kelahiran) seorang anak yang sangat berilmu (Ishaq).
Fa aujasa minhum khīfah(tan), qālū lā takhaf, wa basysyarūhu bigulāmin ‘alīm(in).
Istrinya datang sambil berteriak (terperanjat) lalu menepuk-nepuk wajahnya sendiri dan berkata, “(Aku ini) seorang perempuan tua yang mandul.”
Fa aqbalatimra'atuhū fī ṣarratin fa ṣakkat wajhahā wa qālat ‘ajūzun ‘aqīm(un).
Mereka berkata, “Demikianlah Tuhanmu berfirman. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Qālū każālik(i), qāla rabbuk(i), innahū huwal-ḥakīmul-‘alīm(u).
Dia (Ibrahim) bertanya, “Apa urusan pentingmu, wahai para utusan?”
Qāla famā khaṭbukum ayyuhal-mursalūn(a).
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Lut untuk menyiksanya)
Qālū innā ursilnā ilā qaumim mujrimīn(a).
agar kami menimpa mereka dengan batu-batu yang berasal dari tanah liat
Linursila ‘alaihim ḥijāratam min ṭīn(in).
yang ditandai oleh Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.”
Musawwamatan ‘inda rabbika lil-musrifīn(a).
Kami mengeluarkan orang-orang mukmin yang berada di dalamnya (negeri kaum Lut).
Fa akhrajnā man kāna fīhā minal-mu'minīn(a).
Kami tidak mendapati di dalamnya, kecuali sebuah rumah dari orang-orang muslim (Lut dan keluarganya).
Famā wajadnā fīhā gaira baitim minal-muslimīn(a).
Kami meninggalkan suatu tanda (kebesaran-Nya di (negeri) itu bagi orang-orang yang takut pada azab yang pedih.
Wa taraknā fīhā āyatal lil-lażīna yakhāfūnal-‘ażābal-alīm(a).
(Begitu pula Kami meninggalkan) pada Musa (tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir‘aun dengan membawa mukjizat yang nyata.
Wa fī mūsā iż arsalnāhu ilā fir‘auna bisulṭānim mubīn(in).
Kemudian, dia (Fir‘aun) bersama bala tentaranya berpaling dan (Fir‘aun) berkata, “(Dia adalah) seorang penyihir atau orang gila.”
Fa tawallā biruknihī wa qāla sāḥirun au majnūn(un).
Maka, Kami menghukumnya beserta bala tentaranya, lalu Kami menenggelamkan mereka ke dalam laut dalam keadaan melakukan perbuatan yang tercela.
Fa akhażnāhu wa junūdahū fanabażnāhum fil-yammi wa huwa mulīm(un).
(Begitu pula Kami meninggalkan) pada (kaum) ‘Ad (tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengirim kepada mereka angin yang membinasakan.
Wa fī ‘ādin iż arsalnā ‘alaihimur-rīḥal-‘aqīm(a).
(Angin) itu tidak meninggalkan apa pun pada semua yang dilandanya, kecuali menjadikannya bagai tulang yang hancur.
Mā tażaru min syai'in atat ‘alaihi illā ja‘alathu kar-ramīm(i).
(Begitu pula Kami meninggalkan) pada (kaum) Samud (tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika dikatakan kepada mereka, “Bersenang-senanglah kamu sampai waktu yang ditentukan!”
Wa fī ṡamūda iż qīla lahum tamatta‘ū ḥattā ḥīn(in).
Lalu, mereka bersikap angkuh terhadap perintah Tuhannya. Maka, mereka disambar petir sementara mereka menyaksikan(-nya).
Fa‘atau ‘an amri rabbihim fa akhażathumuṣ-ṣā‘iqatu wa hum yanẓurūn(a).
Mereka sama sekali tidak mampu bangun dan tidak pula mendapat pertolongan.
Famastaṭā‘ū min qiyāmiw wa mā kānū muntaṣirīn(a).
Sebelum itu (Kami telah membinasakan) kaum Nuh. Sesungguhnya mereka adalah kaum fasik.
Wa qauma nūḥim min qabl(u), innahum kānū qauman fāsiqīn(a).
Langit Kami bangun dengan tangan (kekuatan Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskan(-nya).
Was-samā'a banaināhā bi'aidiw wa innā lamūsi‘ūn(a).
Bumi Kami hamparkan. (Kami adalah) sebaik-baik Zat yang menghamparkan.
Wal-arḍa farasynāhā fa ni‘mal-māhidūn(a).
Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).
Wa min kulli syai'in khalaqnā zaujaini la‘allakum tażakkarūn(a).
Maka, (katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad,) “Bersegeralah kembali (taat) kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas dari-Nya untukmu.
Fa firrū ilallāh(i), innī lakum minhu nażīrum mubīn(un).
Janganlah kamu mengadakan tuhan lain bersama Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.”
Wa lā taj‘alū ma‘allāhi ilāhan ākhar(a), innī lakum minhu nażīrum mubīn(un).
Demikianlah setiap kali seorang rasul datang kepada orang-orang sebelumnya, mereka pasti mengatakan, “(Dia itu adalah) penyihir atau orang gila.”
Każālika mā atal-lażīna min qablihim mir rasūlin illā qālū sāḥirun au majnūn(un).
Apakah mereka saling menasihati tentang (apa yang dikatakan) itu? (Tidak!) Sebaliknya, mereka adalah kaum yang melampaui batas.
Atawāṣau bih(ī), bal hum qaumun ṭāgūn(a).
Berpalinglah dari mereka, maka engkau sama sekali bukan orang yang tercela.
Fa tawalla ‘anhum famā anta bimalūm(in).
Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.
Wa żakkir fa innaż-żikra tanfa‘ul-mu'minīn(a).
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
Wa mā khalaqtul-jinna wal-insa illā liya‘budūn(i).
Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.
Mā urīdu minhum mir rizqiw wa mā urīdu ay yuṭ‘imūn(i).
Sesungguhnya Allahlah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.
Innallāha huwar-razzāqu żul-quwwatil-matīn(u).
Sesungguhnya orang-orang yang zalim mendapatkan bagian (azab) seperti bagian teman-teman mereka (dahulu). Maka, janganlah mereka meminta kepada-Ku untuk menyegerakan(-nya).
Fa inna lil-lażīna ẓalamū żanūbam miṡla żanūbi aṣḥābihim falā yasta‘jilūn(i).
Celakalah orang-orang yang kufur pada hari yang telah dijanjikan kepada mereka (hari Kiamat).
Fa wailul lil-lażīna kafarū miy yaumihimul-lażī yū‘adūn(a).